Sejarah Pondok Pesantren
Sunanul Huda Kalimurni
 |
| Sunanul Huda kini (2011) |
Pondok
Pesantren Sunanul Huda Kalimurni adalah sebuah pondok pesantren kecil yang
terletak di Kalimurni, sebuah kampung di utara Kota Bogor. Dulunya kampung ini
termasuk bagian dari wilayah Kecamatan Semplak Kabupaten Bogor. Tetapi setelah
terbentuknya Kotamadya Bogor, kampung ini masuk ke dalam wilayah Kelurahan
Kencana Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Nama pondok ini awalnya adalah
Pondok Pesantren Al-Munibin. Pendirinya adalah Abuya KH. Ahmad Zarkasyi, seorang
putera pasangan tokoh masyarakat kampung Kalimurni, yaitu KH.Abdul Ghafur dan Hj.Halimah. Masyarakat
memanggilnya Ustadz Jakah. Beliau adalah santri lulusan Pondok Pesantren
Sunanul Huda Cisaat Sukabumi. Memulai tugasnya sebagai guru ngaji di Kalimurni,
Ustadz Jakah mencoba mengajar kitab kepada murid-muridnya di rumahnya akhir
tahun 80-an. Setelah masyarakat Kalimurni RT 03 membangun Mushalla Al-Munibiin
pada tahun 1991, beliau memindahkan kegiatan pengajiannya di mushalla tersebut.
Kegiatan pengajian ini menyedot perhatian masyarakat. Maka tidaklah aneh ketika
itu banyak para orang tua yang menitipkan anak-anak mereka untuk mengaji
kepadanya. Dalam mengajarkan Al-Qur’an dan kitab-kitab keagamaan, beliau
berbagi tugas dengan istrinya, Ustz.Latifah yang merupakan lulusan Pondok
Pesantren Tarbiyatul Falah Leuwiliang, Bogor. Bi Entip, begitu para muridnya
memanggil Ustadzah Latifah. Ia mengajarkan murid-murid perempuan dan suaminya
membina murid-murid laki. Itulah awal kiprah Abuya KH. Ahmad Zarkasyi dalam merintis
pondok pesantren Sunanul Huda ini. (bersambung ke bawah gambar)
 |
| . Alm. Abuya KH. Ahmad Zarkasyi, pendiri pesantren |
 |
| Peletakan batu pertama pondok pesantren (1993) |
 |
| Ust. Zarkasyi di depan papan pengumuman pendirian pondok (1992) |
 |
| Suasana ponpes Sunanul Huda tahun 1995 |
 |
| Suasana pengajian putera dan puteri di awal tahun 90-an |
 |
| Musholla Sunanul Huda (dulu Al Muniibiin) tahun 1995 |
Pendirian pondok pesantren Al-Munibin tidak lepas dari
peran tokoh masyarakat Kalimurni dan sekitarnya. Di akhir tahun 1990,
dibentuklah panitia Pembangunan Mushalla dan Majelis Taklim Al-Munibin yang
diketuai oleh Haji Abdul Rojak (alm.). Panitia ini beranggotakan para tokoh,
seperti Abuya KH. Ahmad Zarkasyi, H.Amit (alm), M.Ruslan, Arjusin Mulyani (alm), H.Komarullah
(alm), Maryadi (alm), RT Tobroni, Ust.H.Jahrudin, H.Mawardi, H.Otong Bubulak
Kidul (alm), dan lain-lain. Pencapaian awal dari kepanitiaan tersebut adalah dibangunnya
Mushalla Al-Munibin pada tahun 1991 di atas tanah yang diwakafkan oleh Haji
Abdul Hamid (H.Amit) yang tidak lain adalah mertua dari Abuya KH. Ahmad Zarkasyi. Nama
Al-Munibin diambil dari kata bahasa Arab: anaaba-yuniibu-iinaban-muniib
yang berarti “orang-orang yang kembali/bertaubat”. Kata Al-Muniibin ada dalam
beberapa ayat Al-quran, yaitu: QS Luqman 15; QS Qaf 33 dan QS Al-Mu’min 13.
Pembangunan mushalla ini dilakukan oleh warga Kalimurni
secara gotong royong. Sebagian dana dikumpulkan dari para dermawan dan sisanya
dari kantong panitia sendiri. Para dermawan tersebut tidak hanya menyumbang
uang saja, tetapi banyak yang memberikan bahan bangunan seperti pasir, bata,
semen dan lain-lain. Dengan begitu panitia bisa menghemat dana yang ada.
Semangat persatuan dan dukungan atas dakwah Islam juga mewarnai proses
pembangunan mushalla ini. Banyak warga yang tidak diundang, datang sendiri
untuk menyumbang bantuan berupa tenaga dan pikiran.
Program yang direncanakan oleh panitia berlanjut pada
pembangunan Majelis Taklim Al-Munibin pada tahun 1993. Bangunan yang terdiri
atas dua lantai ini terletak di belakang mushalla Al-Munibin yang juga merupakan
tanah wakaf Haji Amit. Acara peresmian pembangunan majelis taklim ini disambut
meriah oleh warga Kalimurni. Seluruh elemen masyarakat, mulai dari anak-anak
hingga orang tua datang berduyun duyun ke mushalla yang berada di ujung utara
wilayah Kalimurni ini untuk meyaksikan acara peresmian. Peletakan batu pertama
majelis ini dilakukan oleh KH.Ahmad Firdaus dari Kencana, KH.Sulaeman Jamal
(alm) dari Sukabumi, Ust.Mastum (alm), H.Ahmad (alm) Lurah Kencana, dan
Ust.Masduki (kakak Abuya KH. Ahmad Zarkasyi). Dalam waktu beberapa bulan saja, majelis ini
selesai dibangun. Mulai pertengahan tahun 1993 majelis ini mulai difungsikan
sebagai tempat pengajian. Lantai bawah majelis digunakan untuk pengajian
anak-anak dan ibu-ibu, sedangkan lantai atas digunakan untuk kamar para santri
yang menetap di sana. Baru setelah perkembangannya meningkat, majelis taklim
ini diresmikan menjadi Pondok Pesantren Al-Munibin.
Pondok ini dulunya dikenal sebagai sentra dakwah Islam di
Kalimurni karena santrinya bukan hanya berasal dari Kalimurni tetapi juga dari
kampung-kampung di sekitar Kalimurni seperti Bubulak, Bojong Jengkol, Kencana,
Curug, Pasarean, Cilebut, Kebon Kelapa,
dan lain-lain. Bahkan, pada tahun 1995, ada beberapa santri yang datang dari
daerah luar Cilebut seperti Tajurhalang, Bojonggede, Citayam dan Pasar Minggu
Jakarta. Pada awal tahun itu juga, ada santri putri yang menetap (muqim).
Sebagian besar dari mereka tinggal di kamar (kobong) yang disediakan di atas
majelis. Ada empat kamar di sana. Para santri diperbolehkan memasak makanan
sendiri di kamarnya masing-masing. Sementara itu santri putri menetap di rumah Abuya KH. Ahmad Zarkasyi.
Pondok pesantren ini berhaluan ideologi Islam Ahlus
Sunnah wal Jama’ah dengan metode pengajaran Salafiyah. Pengajian Kitab Kuning
dilakukan dengan sistem sorogan. Kitab yang dikaji antara lain Tafsir Al Qur’an
(Jalalain, Ibnu Katsir), Fiqh (Nashaih Addiniyah, Nashaih Al Ibad,
Safinatun Naja, dll), Akhlak (Ta’lim Al-Muta’allim), Tauhid (Majmu
Tsalas Rasail,dll), bahasa Arab (Nahwu-Sharaf, Syarah Al-Ajurumiyyah,
dll.), Ulum Al-Quran (Tajwid, Qiraah),
dan lainnya. Pengajian dilakukan setiap hari setelah shalat maghrib dan shubuh.
Kegiatan sehari-hari para santri adalah belajar dan mengaji. Sebagian santri
menghabiskan waktunya di pondok dan sebagian yang lain belajar di sekolahnya
masing-masing. Di antara sekolah-sekolah para santri tersebut adalah MI dan MTs
Manba’ul Islam Kalimurni, MTs
Al-Hamdaniyah Bojonggede, MTs Al-Hamidy Pabuaran, MA Yatashi Kayumanis, MA
Al-Muhajirin Bogor, SMK Yasi Cilebut, SMK Tri Dharma Bogor, SMK YKTB Bogor, SMA
ABN Cimanggu, dan beberapa sekolah lainnya di wilayah Bogor. Dengan kata lain,
pondok ini bukan hanya sentra dakwah dan pengajian, tetapi juga wadah untuk
menampung para pelajar dari mana-mana yang ingin mengisi waktu kosong dengan
belajar agama Islam di samping belajar di sekolah mereka masing-masing.
 |
| Suasana Pondok tahun 2011 |
. Memasuki akhir dekade 90-an, atau ketika pondok
pesantren Al-Munibin mulai menapaki usianya yang ke-6, pondok ini kedatangan
tamu istimewa, yaitu KH.Dadun Sanusi (alm) atau lebih akrab disebut Buya Dadun.
Beliau adalah ulama Sunda tulen yang memimpin Pondok Pesantren Sunanul Huda,
salah satu pesantren ternama di Suka--bumi. Selama beberapa tahun, Abuya KH. Ahmad Zarkasyi pernah nyantri dan berguru kepada beliau. Kedatangan beliau ke Al-Munibin
itu sendiri membawa makna penting bagi sejarah pondok. Sebelum pamit pulang, ia
berkata kepada Abuya KH. Ahmad Zarkasyi, “Zar, asa kirang pas teu aya ‘Huda’ na, tos
lah pasantren ieu diaranan jadi Sunanul Huda, kumaha?” Mendengar perkataan
mendiang gurunya, Ustadz Zarkasyi menerima tawaran itu dengan senang hati.
Pasalnya, nama tersebut adalah nama yang sangat idamkan oleh sahabat-sahabatnya
yang juga mendirikan pondok pesantren di daerah mereka. Sehingga pada awal
tahun 2000-an, nama Al-Munibin diganti menjadi Sunanul Huda, nama yang sama
dengan Pondok Pesantren Sunanul Huda Sukabumi yang masyhur itu. Abuya KH. Ahmad Zarkasyi sendiri ditunjuk sebagai Pimpinan Tetap Ponpes Sunanul Huda. Sementara yang ditunjuk sebagai pengajar di sana adalah
Ustadz Ali Asyari, Ustadz Abdul Khair, Ustadz Syuja’i, dll. Bersama mereka, Abuya KH. Ahmad Zarkasyi mengembangkan dakwah dan syiar Islam kepada masyarakat
Kalimurni.
Perjuangan Abuya KH. Ahmad Zarkasyi tidak berhenti sampai di situ.
Beberapa lama setelah kedatangan almarhum Buya KH. Dadun Sanusi, beliau
berinisiatif mendirikan sebuah yayasan yang menaungi pondok pesantren itu. Pada
saat rencana itu disosialisasikan kepada masyarakat, banyak yang menyarankan
kepada beliau agar berpartisipasi ke sebuah partai. Alasannya adalah agar dapat bantuan dari partai itu dengan
mudah. Namun Abuya KH. Ahmad Zarkasyi tetap pada pendiriannya, yaitu tak akan pernah berkecimpung ke dunia politik praktis. Akhirnya beliau bersama masyarakat membentuk
kepanitiaan Pembentukan Yayasan Pondok Pesantren Sunanul Huda. Setelah sukses
mendirikan yayasan, beliau mengajak masyarakat untuk membuat proposal Rencana
Renovasi Mushalla dan Majelis Taklim yang ada di lingkungan pesantren itu. Alhamdulillah
pertolongan Allah datang. Bangunan pondok ini direnovasi dari yang awalnya
dibangun dengan bayak bahan-bahan kayu menjadi bahan coran dan keramik. Setelah
semua program itu dilaksanakan, maka mulailah Sunanul Huda menapaki fase
perkembangan menjadi lembaga pendidikan keagamaan yang formal seperti pengadaan Madrasah
Diniyyah. Hingga tahun 2009, Madrasah Diniyyah Sunanul Huda masih memiliki cukup
banyak murid. Madrasah Diniyyah ini bernaung di bawah Perhimpunan Madrasah
Diniyyah Kota Bogor yang dibina oleh Kantor Departemen Agama Kota Bogor.
Perkembangan zaman yang serba modern seperti sekarang,
‘memaksa’ pondok pesantren ini agak tergerus. Dulu, banyak para pemuda Kalimurni
yang ingin sekali belajar agama Islam di Sunanul Huda. Bahkan di awal tahun
90-an, pondok pesantren Sunanul Huda menjadi alternatif terbaik masyarakat
Kalimurni untuk menitipkan anak-anaknya belajar ngaji. Tapi, itu semua tinggal
kenangan. Hingga saat ini, kobong para santri yang ada di atas majelis perlu direnovasi kembali. Tahun terakhir kamar itu masih diisi
oleh santri, yaitu akhir tahun 2007. Para santri angkatan terakhir yang
diketuai oleh Ust.Syuja’i (bang Ja’i) mengisi kobong itu bersama-sama meski
kegiatan mereka lebih difokuskan kepada sekolah dan kerja. Konsistensi dan kecintaan mereka pada Sunanul Huda patut
diacungi jempol, karena meski mereka disibukkan dengan pekerjaan, tetapi mereka
kerap datang ke pondok untuk silaturahmi atau sekadar berziarah ke makam Abuya KH. Ahmad Zarkasyi yang telah dipanggil Allah SWT pada tahun 2015.
Pengajian-pengajian yang masih diselenggarakan di Sunanul Huda
adalah pengajian Al-Quran bagi santri kecil (usia SD) tiap ba’da maghrib,
pengajian bapak-bapak tiap malam Minggu, dan pengajian ibu-ibu tiap Rabu dan
Jum’at. Pengajian anak-anak kadang dipimpin oleh Ustadzah Latifah, Hilmiah, Siti Tsuroya dan Sa’dullah. Sementara itu pengajian bapak-bapak dan
ibu-ibu dipimpin oleh Ustadz Ahmad Lutfie, S.Hi
dari Tebet Jakarta. Ustadz Lutfie adalah lulusan Pondok Pesantren Darul Lughah
Wad Da’wah, Pasuruan, Jawa Timur.
Perjalanan sejarah Pondok Pesantren Sunanul Huda ini
memiliki arti penting bagi masyarakat Kalimurni dan sekitarnya. Eksistensi Pondok Pesantren Sunanul Huda tetap ada meski
hanya berkisar pada kegiatan pengajian biasa dan dihadiri oleh jamaah dari Kalimurni dan sekitarnya. Selain itu nama besar Sunanul Huda dan
pendirinya, Abuya KH. Ahmad Zarkasyi, tetap tertulis di dada setiap orang yang pernah
menginjakkan kaki di pesantren ini dengan tinta emas. Banyak sekali lulusan Sunanul Huda Kalimurni
yang sudah menjadi tokoh masyarakat di daerahnya masing-masing. Di antaranya
adalah KH. Ahmad Mujahid (Kencana), Ust. Ali Asyari (Kalimurni), Ust. Bajuri
dan Ust. Ahmad Rifa’i (Kebon Kelapa), Ust. Syuja’i (Kalimurni), KH. Abdul
Khair (Tajur Halang), Ustadz Ibrahim Niman Saskpanjang, dan lain-lain. Selain itu, sebagian besar alumni-alumni
masih sering datang ke pondok ini untuk sekadar bersilaturahmi saat Lebaran dan
munggahan di bulan Ramadhan. Salam hangat. (SAZ)
assalamu'alaikum
BalasHapusdulur, hampura eung dina maps google eta salah tata letak eung. coba rubah heula euy lur. #salafiBaheula