Selasa, 10 Januari 2012

Sejarah Ponpes Sunanul Huda



Sejarah Pondok Pesantren Sunanul Huda Kalimurni

Sunanul Huda kini (2011)
Pondok Pesantren Sunanul Huda Kalimurni adalah sebuah pondok pesantren kecil yang terletak di Kalimurni, sebuah kampung di utara Kota Bogor. Dulunya kampung ini termasuk bagian dari wilayah Kecamatan Semplak Kabupaten Bogor. Tetapi setelah terbentuknya Kotamadya Bogor, kampung ini masuk ke dalam wilayah Kelurahan Kencana Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Nama pondok ini awalnya adalah Pondok Pesantren Al-Munibin. Pendirinya adalah Abuya KH. Ahmad Zarkasyi, seorang putera pasangan tokoh masyarakat kampung Kalimurni, yaitu  KH.Abdul Ghafur dan Hj.Halimah. Masyarakat memanggilnya Ustadz Jakah. Beliau adalah santri lulusan Pondok Pesantren Sunanul Huda Cisaat Sukabumi. Memulai tugasnya sebagai guru ngaji di Kalimurni, Ustadz Jakah mencoba mengajar kitab kepada murid-muridnya di rumahnya akhir tahun 80-an. Setelah masyarakat Kalimurni RT 03 membangun Mushalla Al-Munibiin pada tahun 1991, beliau memindahkan kegiatan pengajiannya di mushalla tersebut. Kegiatan pengajian ini menyedot perhatian masyarakat. Maka tidaklah aneh ketika itu banyak para orang tua yang menitipkan anak-anak mereka untuk mengaji kepadanya. Dalam mengajarkan Al-Qur’an dan kitab-kitab keagamaan, beliau berbagi tugas dengan istrinya, Ustz.Latifah yang merupakan lulusan Pondok Pesantren Tarbiyatul Falah Leuwiliang, Bogor. Bi Entip, begitu para muridnya memanggil Ustadzah Latifah. Ia mengajarkan murid-murid perempuan dan suaminya membina murid-murid laki. Itulah awal kiprah Abuya KH. Ahmad Zarkasyi dalam merintis pondok pesantren Sunanul Huda ini. (bersambung ke bawah gambar)
. Alm. Abuya KH. Ahmad Zarkasyi, pendiri pesantren


Peletakan batu pertama pondok pesantren (1993)


Ust. Zarkasyi di depan papan pengumuman pendirian pondok (1992)


Suasana ponpes Sunanul Huda tahun 1995
Suasana pengajian putera dan puteri di awal tahun 90-an
Musholla Sunanul Huda (dulu Al Muniibiin) tahun 1995
Tahun 1994
 
Tahun 2011
 
Pendirian pondok pesantren Al-Munibin tidak lepas dari peran tokoh masyarakat Kalimurni dan sekitarnya. Di akhir tahun 1990, dibentuklah panitia Pembangunan Mushalla dan Majelis Taklim Al-Munibin yang diketuai oleh Haji Abdul Rojak (alm.). Panitia ini beranggotakan para tokoh, seperti Abuya KH. Ahmad Zarkasyi, H.Amit (alm), M.Ruslan, Arjusin Mulyani (alm), H.Komarullah (alm), Maryadi (alm), RT Tobroni, Ust.H.Jahrudin, H.Mawardi, H.Otong Bubulak Kidul (alm), dan lain-lain. Pencapaian awal dari kepanitiaan tersebut adalah dibangunnya Mushalla Al-Munibin pada tahun 1991 di atas tanah yang diwakafkan oleh Haji Abdul Hamid (H.Amit) yang tidak lain adalah mertua dari Abuya KH. Ahmad Zarkasyi. Nama Al-Munibin diambil dari kata bahasa Arab: anaaba-yuniibu-iinaban-muniib yang berarti “orang-orang yang kembali/bertaubat”. Kata Al-Muniibin ada dalam beberapa ayat Al-quran, yaitu: QS Luqman 15; QS Qaf 33 dan QS Al-Mu’min 13.
Pembangunan mushalla ini dilakukan oleh warga Kalimurni secara gotong royong. Sebagian dana dikumpulkan dari para dermawan dan sisanya dari kantong panitia sendiri. Para dermawan tersebut tidak hanya menyumbang uang saja, tetapi banyak yang memberikan bahan bangunan seperti pasir, bata, semen dan lain-lain. Dengan begitu panitia bisa menghemat dana yang ada. Semangat persatuan dan dukungan atas dakwah Islam juga mewarnai proses pembangunan mushalla ini. Banyak warga yang tidak diundang, datang sendiri untuk menyumbang bantuan berupa tenaga dan pikiran.
Program yang direncanakan oleh panitia berlanjut pada pembangunan Majelis Taklim Al-Munibin pada tahun 1993. Bangunan yang terdiri atas dua lantai ini terletak di belakang mushalla Al-Munibin yang juga merupakan tanah wakaf Haji Amit. Acara peresmian pembangunan majelis taklim ini disambut meriah oleh warga Kalimurni. Seluruh elemen masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang tua datang berduyun duyun ke mushalla yang berada di ujung utara wilayah Kalimurni ini untuk meyaksikan acara peresmian. Peletakan batu pertama majelis ini dilakukan oleh KH.Ahmad Firdaus dari Kencana, KH.Sulaeman Jamal (alm) dari Sukabumi, Ust.Mastum (alm), H.Ahmad (alm) Lurah Kencana, dan Ust.Masduki (kakak Abuya KH. Ahmad Zarkasyi). Dalam waktu beberapa bulan saja, majelis ini selesai dibangun. Mulai pertengahan tahun 1993 majelis ini mulai difungsikan sebagai tempat pengajian. Lantai bawah majelis digunakan untuk pengajian anak-anak dan ibu-ibu, sedangkan lantai atas digunakan untuk kamar para santri yang menetap di sana. Baru setelah perkembangannya meningkat, majelis taklim ini diresmikan menjadi Pondok Pesantren Al-Munibin.
Pondok ini dulunya dikenal sebagai sentra dakwah Islam di Kalimurni karena santrinya bukan hanya berasal dari Kalimurni tetapi juga dari kampung-kampung di sekitar Kalimurni seperti Bubulak, Bojong Jengkol, Kencana, Curug, Pasarean, Cilebut,  Kebon Kelapa, dan lain-lain. Bahkan, pada tahun 1995, ada beberapa santri yang datang dari daerah luar Cilebut seperti Tajurhalang, Bojonggede, Citayam dan Pasar Minggu Jakarta. Pada awal tahun itu juga, ada santri putri yang menetap (muqim). Sebagian besar dari mereka tinggal di kamar (kobong) yang disediakan di atas majelis. Ada empat kamar di sana. Para santri diperbolehkan memasak makanan sendiri di kamarnya masing-masing. Sementara itu santri putri menetap di rumah Abuya KH. Ahmad Zarkasyi.
Pondok pesantren ini berhaluan ideologi Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan metode pengajaran Salafiyah. Pengajian Kitab Kuning dilakukan dengan sistem sorogan. Kitab yang dikaji antara lain Tafsir Al Qur’an (Jalalain, Ibnu Katsir), Fiqh (Nashaih Addiniyah, Nashaih Al Ibad, Safinatun Naja, dll), Akhlak (Ta’lim Al-Muta’allim), Tauhid (Majmu Tsalas Rasail,dll), bahasa Arab (Nahwu-Sharaf, Syarah Al-Ajurumiyyah, dll.),  Ulum Al-Quran (Tajwid, Qiraah), dan lainnya. Pengajian dilakukan setiap hari setelah shalat maghrib dan shubuh. Kegiatan sehari-hari para santri adalah belajar dan mengaji. Sebagian santri menghabiskan waktunya di pondok dan sebagian yang lain belajar di sekolahnya masing-masing. Di antara sekolah-sekolah para santri tersebut adalah MI dan MTs Manba’ul Islam Kalimurni,  MTs Al-Hamdaniyah Bojonggede, MTs Al-Hamidy Pabuaran, MA Yatashi Kayumanis, MA Al-Muhajirin Bogor, SMK Yasi Cilebut, SMK Tri Dharma Bogor, SMK YKTB Bogor, SMA ABN Cimanggu, dan beberapa sekolah lainnya di wilayah Bogor. Dengan kata lain, pondok ini bukan hanya sentra dakwah dan pengajian, tetapi juga wadah untuk menampung para pelajar dari mana-mana yang ingin mengisi waktu kosong dengan belajar agama Islam di samping belajar di sekolah mereka masing-masing.
Suasana Pondok tahun 2011
. Memasuki akhir dekade 90-an, atau ketika pondok pesantren Al-Munibin mulai menapaki usianya yang ke-6, pondok ini kedatangan tamu istimewa, yaitu KH.Dadun Sanusi (alm) atau lebih akrab disebut Buya Dadun. Beliau adalah ulama Sunda tulen yang memimpin Pondok Pesantren Sunanul Huda, salah satu pesantren ternama di Suka--bumi. Selama beberapa tahun, Abuya KH. Ahmad Zarkasyi pernah nyantri dan berguru kepada beliau. Kedatangan beliau ke Al-Munibin itu sendiri membawa makna penting bagi sejarah pondok. Sebelum pamit pulang, ia berkata kepada Abuya KH. Ahmad Zarkasyi, “Zar, asa kirang pas teu aya ‘Huda’ na, tos lah pasantren ieu diaranan jadi Sunanul Huda, kumaha?” Mendengar perkataan mendiang gurunya, Ustadz Zarkasyi menerima tawaran itu dengan senang hati. Pasalnya, nama tersebut adalah nama yang sangat idamkan oleh sahabat-sahabatnya yang juga mendirikan pondok pesantren di daerah mereka. Sehingga pada awal tahun 2000-an, nama Al-Munibin diganti menjadi Sunanul Huda, nama yang sama dengan Pondok Pesantren Sunanul Huda Sukabumi yang masyhur itu. Abuya KH. Ahmad Zarkasyi sendiri ditunjuk sebagai Pimpinan Tetap Ponpes Sunanul Huda. Sementara  yang ditunjuk sebagai pengajar di sana adalah Ustadz Ali Asyari, Ustadz Abdul Khair, Ustadz Syuja’i, dll. Bersama mereka, Abuya KH. Ahmad Zarkasyi mengembangkan dakwah dan syiar Islam kepada masyarakat Kalimurni.
Perjuangan Abuya KH. Ahmad Zarkasyi tidak berhenti sampai di situ. Beberapa lama setelah kedatangan almarhum Buya KH. Dadun Sanusi, beliau berinisiatif mendirikan sebuah yayasan yang menaungi pondok pesantren itu. Pada saat rencana itu disosialisasikan kepada masyarakat, banyak yang menyarankan kepada beliau agar berpartisipasi ke sebuah partai. Alasannya adalah  agar dapat bantuan dari partai itu dengan mudah. Namun Abuya KH. Ahmad Zarkasyi tetap pada pendiriannya, yaitu tak akan pernah berkecimpung ke dunia politik praktis. Akhirnya beliau bersama masyarakat membentuk kepanitiaan Pembentukan Yayasan Pondok Pesantren Sunanul Huda. Setelah sukses mendirikan yayasan, beliau mengajak masyarakat untuk membuat proposal Rencana Renovasi Mushalla dan Majelis Taklim yang ada di lingkungan pesantren itu. Alhamdulillah pertolongan Allah datang. Bangunan pondok ini direnovasi dari yang awalnya dibangun dengan bayak bahan-bahan kayu menjadi bahan coran dan keramik. Setelah semua program itu dilaksanakan, maka mulailah Sunanul Huda menapaki fase perkembangan menjadi lembaga pendidikan keagamaan yang formal seperti pengadaan Madrasah Diniyyah. Hingga tahun 2009, Madrasah Diniyyah Sunanul Huda masih memiliki cukup banyak murid. Madrasah Diniyyah ini bernaung di bawah Perhimpunan Madrasah Diniyyah Kota Bogor yang dibina oleh Kantor Departemen Agama Kota Bogor.
Perkembangan zaman yang serba modern seperti sekarang, ‘memaksa’ pondok pesantren ini agak tergerus. Dulu, banyak para pemuda Kalimurni yang ingin sekali belajar agama Islam di Sunanul Huda. Bahkan di awal tahun 90-an, pondok pesantren Sunanul Huda menjadi alternatif terbaik masyarakat Kalimurni untuk menitipkan anak-anaknya belajar ngaji. Tapi, itu semua tinggal kenangan. Hingga saat ini, kobong para santri yang ada di atas majelis perlu direnovasi kembali. Tahun terakhir kamar itu masih diisi oleh santri, yaitu akhir tahun 2007. Para santri angkatan terakhir yang diketuai oleh Ust.Syuja’i (bang Ja’i) mengisi kobong itu bersama-sama meski kegiatan mereka lebih difokuskan kepada sekolah dan kerja. Konsistensi  dan kecintaan mereka pada Sunanul Huda patut diacungi jempol, karena meski mereka disibukkan dengan pekerjaan, tetapi mereka kerap datang ke pondok untuk silaturahmi atau sekadar berziarah ke makam Abuya KH. Ahmad Zarkasyi yang telah dipanggil Allah SWT pada tahun 2015.
Pengajian-pengajian yang masih diselenggarakan di Sunanul Huda adalah pengajian Al-Quran bagi santri kecil (usia SD) tiap ba’da maghrib, pengajian bapak-bapak tiap malam Minggu, dan pengajian ibu-ibu tiap Rabu dan Jum’at. Pengajian anak-anak kadang dipimpin oleh Ustadzah Latifah, Hilmiah, Siti Tsuroya dan Sa’dullah. Sementara itu pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu dipimpin oleh  Ustadz Ahmad Lutfie, S.Hi dari Tebet Jakarta. Ustadz Lutfie adalah lulusan Pondok Pesantren Darul Lughah Wad Da’wah, Pasuruan, Jawa Timur.
Perjalanan sejarah Pondok Pesantren Sunanul Huda ini memiliki arti penting bagi masyarakat Kalimurni dan sekitarnya. Eksistensi Pondok Pesantren Sunanul Huda tetap ada meski hanya berkisar pada kegiatan pengajian biasa dan dihadiri oleh jamaah dari Kalimurni dan sekitarnya. Selain itu nama besar Sunanul Huda dan pendirinya, Abuya KH. Ahmad Zarkasyi, tetap tertulis di dada setiap orang yang pernah menginjakkan kaki di pesantren ini dengan tinta emas.  Banyak sekali lulusan Sunanul Huda Kalimurni yang sudah menjadi tokoh masyarakat di daerahnya masing-masing. Di antaranya adalah KH. Ahmad Mujahid (Kencana), Ust. Ali Asyari (Kalimurni), Ust. Bajuri dan Ust. Ahmad Rifa’i (Kebon Kelapa), Ust. Syuja’i (Kalimurni), KH. Abdul Khair (Tajur Halang), Ustadz Ibrahim Niman Saskpanjang, dan lain-lain. Selain itu, sebagian besar alumni-alumni masih sering datang ke pondok ini untuk sekadar bersilaturahmi saat Lebaran dan munggahan di bulan Ramadhan. Salam hangat. (SAZ)








1 komentar:

  1. assalamu'alaikum
    dulur, hampura eung dina maps google eta salah tata letak eung. coba rubah heula euy lur. #salafiBaheula

    BalasHapus